Mengapa Banyak Wanita Terjebak dalam Hubungan Kekerasan? Faktor Psikologis dan Sosial yang Perlu Diketahui

Tayang: 25 September 2024, 04:47 WIB
Penulis: Iswahyudi
Editor: Tim Rublik Depok
Ilustrasi KDRT.
Ilustrasi KDRT. /Freepik

RUBLIK DEPOK - Kekerasan fisik dalam hubungan asmara adalah masalah serius yang sering kali diabaikan oleh masyarakat. Banyak wanita yang terjebak dalam siklus kekerasan ini, meskipun mereka menyadari bahwa hubungan tersebut tidak sehat dan berbahaya.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa seorang wanita yang mengalami kekerasan fisik dari pasangannya sulit untuk melepaskan diri atau bahkan putus?

Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai faktor yang berkontribusi pada fenomena ini, mulai dari aspek psikologis, sosial, hingga budaya. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai dinamika hubungan yang rumit ini.

1. Psikologi Korban Kekerasan

Kekerasan fisik dalam hubungan sering kali meninggalkan bekas yang mendalam pada psikologi korban. Wanita yang mengalami kekerasan fisik sering kali merasa terjebak dalam rasa takut dan rendah diri. Mereka mungkin berpikir bahwa mereka tidak akan mampu bertahan hidup tanpa pasangan mereka, meskipun pasangan tersebut adalah sumber penderitaan. Ketidakpastian ini sering kali diperburuk oleh manipulasi emosional dari pelaku kekerasan, yang membuat korban merasa tidak berharga dan tidak layak untuk dicintai.

“Korban kekerasan sering kali mengalami trauma yang mendalam, yang dapat mengubah cara mereka melihat diri sendiri dan dunia di sekitar mereka,” kata Dr. Judith Herman, seorang psikolog terkenal. Trauma ini dapat menyebabkan korban merasa terasing dan kehilangan kontrol atas hidup mereka. Dalam banyak kasus, mereka mungkin merasa bahwa satu-satunya cara untuk bertahan adalah dengan tetap berada dalam hubungan tersebut, meskipun mereka tahu itu berbahaya.

Selain itu, banyak wanita yang menjadi korban kekerasan fisik mengalami apa yang dikenal sebagai "Stockholm Syndrome," di mana mereka mulai mengidentifikasi dengan pelaku kekerasan mereka. Ini menciptakan siklus di mana korban merasa simpati terhadap pelaku, sehingga semakin sulit bagi mereka untuk meninggalkan hubungan yang merusak tersebut.

2. Faktor Sosial dan Ekonomi

Faktor sosial dan ekonomi juga memainkan peran penting dalam mempertahankan siklus kekerasan. Banyak wanita yang terjebak dalam hubungan kekerasan merasa tidak memiliki sumber daya untuk meninggalkan pasangan mereka. Ketergantungan finansial pada pelaku kekerasan sering kali membuat mereka merasa terjebak, dan mereka mungkin tidak memiliki akses ke dukungan sosial yang diperlukan untuk meninggalkan situasi tersebut.

“Ketidakberdayaan ekonomi adalah salah satu alasan utama mengapa banyak wanita tetap dalam hubungan yang berbahaya,” ungkap Dr. Evan Stark, seorang ahli dalam studi kekerasan dalam rumah tangga. Wanita yang tidak memiliki pekerjaan atau pendidikan yang memadai sering kali merasa tidak memiliki pilihan lain selain tetap tinggal.

Selain itu, stigma sosial yang melekat pada wanita yang mengalami kekerasan juga dapat menjadi penghalang. Banyak wanita khawatir akan penilaian masyarakat jika mereka melaporkan kekerasan atau mencoba meninggalkan hubungan. Ini menciptakan rasa malu dan ketakutan yang membuat mereka semakin terisolasi.

3. Budaya dan Norma Gender

Budaya dan norma gender juga berkontribusi pada masalah kekerasan dalam hubungan. Di banyak masyarakat, ada anggapan bahwa wanita harus bersikap patuh dan menerima kekerasan sebagai bagian dari hubungan. Ini dapat membuat wanita merasa bahwa mereka tidak memiliki hak untuk melawan atau menuntut perlakuan yang lebih baik.

Halaman:

Terkini

Trending

Berita Pilgub