Terlihat Baik dan Lembut di Awal, Tapi Berpotensi Bahaya: Ciri-Ciri Pria yang Suka Kekerasan Fisik ke Wanita

Tayang: 25 September 2024, 04:53 WIB
Penulis: Iswahyudi
Editor: Tim Rublik Depok
Ilustrasi KDRT.
Ilustrasi KDRT. / Dok/ Dok Pikiran Rakyat

RUBLIK DEPOK - Setiap individu tentu mendambakan hubungan yang penuh cinta dan saling menghargai. Namun, dalam kenyataan, seringkali kita menemukan bahwa kehangatan dan perhatian pada awal hubungan bisa menyimpan sisi gelap yang tak terduga.

Kekerasan fisik dalam hubungan biasanya muncul secara perlahan, dan tanda-tandanya mungkin tidak selalu jelas di awal. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi perilaku pria yang memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan fisik terhadap wanita, serta cara mengenali tanda-tanda tersebut agar dapat menghindari hubungan yang berpotensi berbahaya.

1. Tanda-Tanda Awal Perilaku Mengontrol

Salah satu indikator awal perilaku yang mengarah pada kekerasan fisik adalah kontrol. Pria yang cenderung melakukan kekerasan sering kali berusaha mengendalikan berbagai aspek kehidupan pasangannya. Ini bisa muncul dalam bentuk keputusan kecil, seperti memilih pakaian atau menentukan teman-teman yang boleh ditemui. Menurut Dr. Jill Murray, seorang psikolog yang berfokus pada kekerasan dalam rumah tangga, “Perilaku mengontrol adalah langkah awal menuju kekerasan.” Jika Anda merasa tidak bisa bertindak sesuai keinginan Anda, ini adalah sinyal yang patut diperhatikan.

Perilaku kontrol sering kali disamarkan sebagai bentuk perhatian atau perlindungan. Namun, seiring waktu, pola ini bisa berkembang menjadi tindakan yang lebih agresif. Penelitian dari American Psychological Association menunjukkan bahwa banyak wanita terjebak dalam hubungan yang beracun tanpa menyadari bahwa mereka kehilangan kendali atas hidup mereka.

Lebih jauh lagi, perilaku kontrol dapat berupa pengawasan berlebihan, seperti terus menerus menanyakan lokasi pasangan. Ini menunjukkan bahwa pasangan Anda tidak hanya ingin tahu, tetapi juga berupaya mengatur kehidupan Anda. Dalam banyak kasus, ini bisa berujung pada isolasi sosial, di mana korban merasa terjebak dalam situasi yang tidak sehat.

2. Kecenderungan untuk Menggunakan Kekerasan Verbal

Kekerasan fisik sering kali berakar dari kekerasan verbal. Pria yang berpotensi melakukan kekerasan fisik cenderung menggunakan kata-kata yang merendahkan, melecehkan, atau menghina. Menurut Dr. Susan Weitz, “Kekerasan verbal bisa menjadi sinyal awal dari kekerasan fisik.” Jika seseorang merasa berhak untuk merendahkan pasangannya, ini bisa jadi pertanda bahwa kekerasan fisik juga akan menyusul.

Kekerasan verbal menciptakan suasana ketakutan dan ketidakpastian. Korban sering merasa terperangkap dan tidak berdaya, membuatnya sulit untuk melarikan diri dari situasi tersebut. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan merasa bahwa mereka layak mendapat perlakuan tersebut. Ini menciptakan siklus berbahaya, di mana korban semakin merasa tertekan dan terisolasi.

3. Sikap Posesif dan Cemburu Berlebihan

Cemburu yang berlebihan dan sikap posesif juga sering menjadi tanda bahwa seseorang memiliki potensi melakukan kekerasan fisik. Pria yang terjerat dalam pola kekerasan sering merasa berhak untuk mengatur interaksi sosial pasangannya. Mereka mungkin merasa cemburu ketika pasangan berinteraksi dengan pria lain, bahkan jika itu hanya seorang teman. Menurut Dr. Lisa Firestone, “Cemburu yang berlebihan adalah tanda ketidakamanan yang mendalam.”

Sikap posesif bisa berkembang menjadi tindakan yang lebih ekstrem, seperti melarang pasangan bertemu teman atau keluarga. Dalam situasi tertentu, pria yang posesif dapat melampiaskan kemarahan melalui kekerasan fisik jika merasa terancam oleh kehadiran pihak lain. Ini adalah pola yang sangat berbahaya dan dapat mengarah pada situasi yang kritis.

4. Ketidakmampuan Mengelola Emosi

Pria yang cenderung melakukan kekerasan fisik sering memiliki kesulitan dalam mengelola emosinya. Mereka bisa menunjukkan kemarahan yang tidak proporsional dalam situasi sehari-hari. Dr. John Gottman menjelaskan bahwa “Kemarahan yang tidak terkontrol adalah faktor risiko utama untuk kekerasan dalam hubungan.” Ketidakmampuan ini seringkali memicu reaksi agresif terhadap situasi kecil, menciptakan lingkungan yang menakutkan bagi korban.

Halaman:

Terkini

Trending

Berita Pilgub