RUBLIK DEPOK - Misteri seputar suara tembakan yang terjadi sebelum tujuh remaja melompat ke Kali Bekasi, Jatiasih, Kota Bekasi, hingga kini masih belum terpecahkan. Pihak kepolisian memberikan informasi yang bertentangan mengenai suara tembakan tersebut.
Kapolsek Rawalumbu Menyangkal Ada Suara Tembakan
Kapolsek Rawalumbu, Kompol Sukadi, menegaskan bahwa tidak ada suara tembakan saat Tim Patroli Perintis Presisi Polres Metro Bekasi Kota membubarkan kerumunan remaja di sebuah gubuk pada dini hari, Sabtu (21/9/2024). Ia menyatakan bahwa suara yang terdengar adalah ledakan, meski belum dapat memastikan sumbernya.
"Sampai saat ini, saya belum tahu, hanya ada laporan mengenai ledakan dari saksi yang kami amankan," jelas Sukadi di lokasi gubuk, Selasa (24/9/2024). Dia juga menambahkan bahwa saksi tidak melaporkan frekuensi ledakan yang didengar saat petugas tiba.
Menurut Sukadi, suara ledakan tersebut tidak ditujukan kepada para remaja yang berkumpul. Namun, ledakan tersebut membuat mereka panik, sehingga beberapa remaja melompat ke Kali Bekasi.
Kapolres Metro Bekasi Mengonfirmasi Tembakan Peringatan
Di sisi lain, Kapolres Metro Bekasi Kota, Kombes Dani Hamdani, mengonfirmasi bahwa ada petugas yang melepaskan tembakan peringatan untuk membubarkan kerumunan remaja yang dicurigai akan terlibat tawuran. "Memang ada tembakan untuk membubarkan massa," ungkap Dani saat meninjau lokasi penemuan tujuh jenazah di Kali Bekasi pada Selasa.
Dani menjelaskan bahwa tembakan peringatan tersebut telah menyebabkan kepanikan di kalangan remaja, dan beberapa dari mereka melompat ke dalam kali, yang berujung pada penemuan tujuh jenazah tersebut.
Mengapa Ada Perbedaan Keterangan di Kalangan Polisi?
Kriminolog dari Universitas Indonesia, Adrianus Meliala, menilai perbedaan keterangan antara Kapolsek dan Kapolres kemungkinan disebabkan oleh masalah komunikasi. "Kemungkinan, Kapolsek tidak menerima laporan yang tepat, karena patroli Presisi berada di bawah Polres," ujar Adrianus
Ia menambahkan bahwa jika tembakan peringatan memang dilakukan untuk membubarkan remaja, perlu ditelusuri lebih lanjut apakah mereka benar-benar bersiap untuk tawuran atau hanya berkumpul. "Jika mereka hanya berkumpul biasa, apa dasar untuk menembak peringatan?" tanyanya.
Kesaksian Keluarga Korban
Salah satu anggota keluarga korban, Y (46), mengungkapkan bahwa sebelum adiknya, D (16), melompat ke kali, terdengar suara tembakan. "Ada suara tembakan, mungkin untuk menakut-nakuti. Akibatnya, mereka panik dan melompat ke air," kata Y saat ditemui di RS Polri Kramat Jati.
Y menceritakan bahwa saudaranya, R, berhasil selamat setelah melompat, sedangkan Dafi tidak dapat menyelamatkan diri. R sempat diamankan oleh polisi, tetapi kemudian dibebaskan.