Network
RUBLIK DEPOK - Film "Tuhan Izinkan Aku Berdosa" karya Hanung Bramantyo memang menuai kontroversi terkait rating sensornya yang awalnya 21+. Namun, melalui diskusi dengan Ketua Lembaga Sensor Film (LSF), akhirnya rating film ini berhasil diturunkan menjadi 17+.
Rommy Fibri Hardiyanto sebagai Ketua LSF menyarankan Hanung untuk memotong satu adegan yang dianggap sensitif agar dapat diubah ke rating 17+.
Setelah menonton versi 21+ dalam special screening, Hanung setuju untuk menghilangkan satu adegan yang dianggap "too much".
Meskipun ia merahasiakan adegan yang dihilangkan, Hanung memastikan bahwa durasi yang terpotong tidak terlalu lama, hanya sekitar 30 detik.
Film ini merupakan adaptasi dari novel "Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur" karya Muhidin M. Dahlan.
Hanung mengaku terinspirasi oleh novel tersebut sejak tahun 2007 dan merasa dekat dengan isi ceritanya, terutama karena mengenal kampus yang menjadi latar di dalamnya.
Protagonis dalam film ini, Kiran, mengalami cobaan bertubi-tubi dan pelecehan seksual dari orang yang seharusnya dianggap suci. Hal ini menggambarkan kisah yang sangat kontroversial dan memancing banyak pro kontra ketika novelnya pertama kali dirilis.
Hanung menjelaskan bahwa film ini tidak hanya sekadar mengangkat kisah kontroversial, tetapi juga memberikan pandangan baru terkait spiritualitas dan hubungan dengan Tuhan.
Meskipun isunya sensitif, Hanung berusaha melakukan perhitungan matang sebelum memutuskan untuk merilis film ini ke publik.
