RUBLIK DEPOK - Masyarakat di beberapa desa di pesisir pantai Kabupaten Sumenep, Madura, memiliki kebiasaan unik: tradisi tidur di pasir. Mereka menyebut pasir tempat tidur pun dengan sebutan kasur pasir.
Sebenarnya mereka mampu membeli kasur empuk dari busa maupun kapas. Meski telah ada kasur busa, namun mereka tetap saja berkasur dengan tumpukan pasir halus.
Jika dilihat ke dalam setiap rumah memiliki kamar tidur berisi kolam pasir yang rata-rata berukuran 2x2m persegi sebagai tempat tidur.
Bagi mereka, ranjang hanya sebagai barang pajangan atau tidak dipakai. Mereka tetap memilih untuk tidur di atas hamparan pasir.
Tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu ini tentu membuat banyak anak Desa dilahirkan di atas pasir. Jika masyarakat lainnya menganggap bahwa pasir adalah sesuatu yang kotor dan menyimpan banyak kuman serta penyakit, nyatanya anggapan tersebut tidak berlaku bagi masyarakat yang tinggal di kampung pasir.
Menurut penelitian, ternyata tradisi unik mereka punya manfaat sendiri bagi kesehatan. Mulai dari merawat kulit juga memuat tubuh menjadi rileks.
Kasur pasir dianggap memiliki banyak manfaat yang tidak mungkin dapat dirasakan masyarakat perkotaan. Kasur unik itu juga dapat memberi kehangatan bagi tubuh ketika cuaca sedang dingin, sebaliknya jika cuaca panas kasur pasir akan terasa lebih dingin. Bahkan, kasur ini juga baik bagi peregangan tubuh.
Desa ini mewajibkan warganya untuk menyediakan area tumpukan pasir di rumahnya, terlebih sebagai tempat tidur. Tradisi mendorong warga desa untuk melestarikan rumah berpasir agar tetap ada. Sekalipun di rumah mereka ada kasur busa, mereka nyaris tidak pernah menidurinya.
Bukan sembarang pasir, pasir yang biasa digunakan warga desa berasal dari tepi pantai Lombang, sekitar 4 kilometer dari Legung Timur. Warga biasanya menggali sampai kedalaman satu meter untuk mengambil pasir tersebut.