Doa dan Harapan untuk Kebahagiaan Pasangan Pengantin dalam Tradisi Pernikahan Adat Sunda di Purwakarta

- 29 April 2024, 08:32 WIB
Ilustrasi Pengantin Sunda
Ilustrasi Pengantin Sunda /Foto: Instagram.com/kebayasunda/

RUBLIK DEPOK - Di wilayah Jawa Barat, tepatnya di Purwakarta, terdapat beberapa tradisi pernikahan adat Sunda yang sangat khas dan sarat dengan makna tradisional dan nilai-nilai luhur.

Setiap langkah dalam prosesi pernikahan ini memiliki simbolisme dan arti tersendiri yang mencerminkan harapan serta doa bagi kebahagiaan pasangan pengantin.

  1. Tradisi Ngupuk Salira

Tradisi ngupuk salira dilakukan sebelum akad nikah. Calon pengantin pria dan wanita akan dimandikan secara terpisah dengan air kembang setaman atau air yang dicampur dengan berbagai macam bunga seperti melati, mawar, dan kenanga. Setelah dimandikan, mereka akan mengenakan pakaian adat Sunda lengkap. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk membersihkan diri lahir dan batin sebelum memasuki kehidupan baru sebagai suami istri. Bunga-bunga yang digunakan juga melambangkan kesucian dan keharuman yang harus dijaga dalam rumah tangga.

  1. Tradisi Ngabungkus Bawang Merah dan Brambang

Setelah akad nikah, pengantin pria dan wanita akan diberikan bawang merah dan brambang yang telah dibungkus dengan kain. Mereka akan membuka bungkusan tersebut secara bergantian dan saling menyuapi satu sama lain dengan bawang merah dan brambang. Tradisi ini melambangkan kerukunan dan kesatuan dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Bawang merah dan brambang diyakini dapat menjadi perekat hubungan suami istri agar tetap harmonis dan saling melengkapi seperti bumbu dalam masakan.

  1. Tradisi Huap Lingkung dan Sawer

Tradisi huap lingkung atau memasuki lingkaran anyaman bambu dan sawer dengan beras kuning dan uang logam juga dilakukan di Purwakarta. Hal ini melambangkan harapan agar pengantin hidup berkecukupan, bahagia, dan selalu diberkahi.

  1. Tradisi Ngunjal Leungeun

Setelah prosesi sawer, pengantin pria dan wanita akan duduk bersanding. Mereka kemudian akan saling menggenggam tangan di atas piring yang diisi dengan nasi tumpeng. Tradisi ngunjal leungeun ini bermakna agar pengantin saling menguatkan dalam menghadapi segala rintangan kehidupan berumah tangga.

Dengan demikian, tradisi pernikahan adat dari Purwakarta sangatlah penting karena mengandung makna dan filosofi kehidupan yang mendalam.

Setiap rangkaian prosesi mencerminkan harapan dan doa agar pengantin senantiasa dilimpahi dengan keberkahan, kerukunan, dan kebahagiaan dalam menjalani kehidupan berumah tangga.

Editor: Iswahyudi


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah