Dinilai Sering Getok Harga, Inilah Tanggapan Warganet Tentang Relokasi Warung-warung di Kawasan Puncak Bogor

- 27 Juni 2024, 06:57 WIB
/Antara/M Fikri Setiawan/

RUBLIK DEPOK - Pemandangan di sepanjang Jalan Raya Puncak Bogor berubah drastis setelah Satpol PP membongkar dan meratakan bangunan tanpa izin serta warung pedagang kaki lima (PKL) yang selama ini menjadi tempat makan dan nongkrong. Kejadian ini viral di media sosial, memicu perdebatan mengenai tindakan pemerintah dan keluhan para PKL.

"Pemkab Bogor tertibkan kawasan Puncak dari bangunan tak berizin. Namun, perlawanan datang dari pedagang kaki lima atau PKL yang enggan direlokasi,” tulis akun Instagram @mood.jakarta, Senin, 24 Juni 2024.

Pemkab Bogor telah menyediakan toko di rest area Puncak bagi PKL yang dipindahkan untuk meningkatkan kebersihan dan keindahan kawasan tersebut. “Padahal, Pemkab Bogor sudah menyiapkan toko di rest area Puncak bagi PKL yang dipindahkan agar kebersihan dan keindahan kawasan Puncak kembali indah, nyaman dan asri,” lanjut keterangan akun @mood.jakarta.

Unggahan akun Instagram @penamasmedia, Selasa, 25 Juni 2024, menggambarkan suasana warung kopi di Puncak setelah ditertibkan. “Kondisi terkini warung-warung kopi perapatan di Puncak, Bogor, Jawa Barat pada Selasa, (25/6/2024) usai ditertibkan pemerintah guna direlokasi," tulis keterangan unggahan akun Instagram @penamasmedia.

Alat berat membongkar lapak warung PKL di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Senin 24 Juni 2024.
Alat berat membongkar lapak warung PKL di kawasan Puncak, Kabupaten Bogor, Senin 24 Juni 2024. Foto/Diskominfo Kabupaten Bogor

Video di unggahan @penamasmedia menampilkan bangunan warung PKL yang telah dibongkar, disertai narasi "POV: Dilematis Selamat Tinggal”. Video tersebut juga menunjukkan harga makanan dan minuman di berbagai warung pinggir jalan di kawasan Puncak, yang sebagian besar dianggap sangat mahal.

Harga makanan dan minuman di warung PKL di Puncak memang menjadi sorotan. Pop Mie dihargai Rp25 ribu, Nasi Goreng Rp55 ribu, Sop/Soto Rp70 ribu, Kopi Hitam Rp35 ribu dan Teh Manis Rp25 ribu.

Warganet ramai-ramai mengomentari unggahan pembongkaran warung PKL di Puncak. Mayoritas warganet mendukung tindakan tersebut, menyebutnya sebagai azab karena harga yang terlalu tinggi.

"Ngalamin bgt . Beli nasgor 5 trs minta tmbha air teh anget 400rb ngeri bgt tuh puncak," komentar seorang warganet.

"Mau sedih tapi inget indomie sama teh manis 70rb,” tulis warganet lain.

"Azab jualan nyari untung berlebihan...,”sahut yang lain.

"Salah kalian2 jualannya matok harga mahal,” kata warganet yang lain.

"Bagusss deh d rombak ksh harganya ga kira2 cm pop mie b4 sm jagung bakar 3 abis 300rb,” komentar warganet lain.

"Pantesan orang kampungku katanya punya warung di puncak, di kampung rumahnya mevvah bgt anaknya pada serjana semua,” ujar warganet lainnya.

"Pernah ngalamin dulu beli Indomie yang isi 2 Ama es teh manis 1 abis 50 ribuketambah parkirnya 30 ribu,” ungkap yang lain.

"Setuju bongkarin semua dari pada jualannya harganya yg tidak wajar seperti umumnya," imbuh warganet lain.

"Semoga kita bisa kembali menikmati alam puncak yg indah dan alami,,,Dan semoga pemilik warung2 yg di pinggir jalan ini bisa menerima dan memaklumi dan Allah ganti rezekinya dengan yg lebih baik lagi, Aamiin," ttimpal warganet lainnya.

Namun, penertiban ini mendapat perlawanan dari para PKL. Mereka meluapkan kekesalan dengan membakar ban dan sisa material bangunan serta melempar sampah ke jalan.

Senin (24/6) sekitar pukul 11.00 WIB, terjadi pembakaran ban dan material bangunan di tiga titik lokasi di kawasan Gunung Mas, Riung Gunung, dan Masjid Atta'Awun. Sampah pedagang berserakan di jalan, menimbulkan bau menyengat dan menghambat arus lalu lintas.

Para pedagang menolak direlokasi ke Rest Area Gunung Mas karena dinilai sepi pengunjung dan ukuran kios yang kecil, rata-rata 2x3 meter.

 

Editor: Iswahyudi


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah