Teori Gelombang Demokrasi Dunia oleh Samuel Huntington: Menguak Proses Transisi Menuju Demokrasi

- 18 April 2024, 14:27 WIB
Salah satu pemikiran yang cukup dikenal dalam hal ini adalah teori "Gelombang Demokrasi Dunia" yang dikemukakan oleh Samuel Huntington
Salah satu pemikiran yang cukup dikenal dalam hal ini adalah teori "Gelombang Demokrasi Dunia" yang dikemukakan oleh Samuel Huntington /

RUBLIK DEPOK - Demokrasi merupakan salah satu bentuk pemerintahan yang telah menjadi tujuan akhir bagi sebagian besar negara di dunia. Namun, perjalanan menuju demokrasi tidaklah mudah dan seringkali diwarnai dengan berbagai tantangan dan hambatan.

Fenomena ini telah menarik perhatian banyak ilmuwan politik untuk mengkaji dan menganalisis proses transisi dari pemerintahan nondemokrasi menuju demokrasi yang terjadi di berbagai negara.

Salah satu pemikiran yang cukup dikenal dalam hal ini adalah teori "Gelombang Demokrasi Dunia" yang dikemukakan oleh Samuel Huntington.

Huntington, seorang ilmuwan politik asal Amerika Serikat dan profesor di Universitas Harvard, mengemukakan teori ini dalam bukunya yang berjudul "The Third Wave: Democratization in the Late Twentieth Century" pada tahun 1991.

Dalam buku tersebut, ia berpendapat bahwa proses transisi menuju demokrasi di dunia terjadi dalam beberapa gelombang perkembangan besar yang bertepatan dengan periode tertentu secara bersamaan.

Gelombang pertama terjadi pada awal tahun 1828 hingga tahun 1926, yang diikuti oleh gelombang kedua pada tahun 1943 hingga tahun 1962, dan yang terakhir adalah gelombang ketiga yang dimulai pada tahun 1974 hingga saat ini.

Menurut Huntington, setiap gelombang ini ditandai dengan adanya liberalisasi dan demokratisasi parsial di sejumlah negara yang berdekatan secara geografis.

Dalam konteks ini, liberalisasi mengacu pada proses pembebasan masyarakat dari kendali otoriter dan meningkatnya kebebasan individu dalam berpolitik dan berpikir.

Sementara itu, demokratisasi mengacu pada proses peralihan dari pemerintahan yang tidak demokratis menuju sistem pemerintahan yang mengakomodasi partisipasi politik dari berbagai kelompok masyarakat.

Gelombang pertama disebut oleh Huntington sebagai "gelombang demokratisasi pertama" yang terjadi pada awal abad ke-19. Pada saat itu, terdapat beberapa negara di Eropa dan Amerika Latin yang mengalami transisi menuju demokrasi, seperti Perancis, Britania Raya, dan Amerika Serikat. Namun, gelombang ini tidak berlangsung lama dan terhenti oleh perang dunia I yang mengakibatkan banyak negara kembali ke pemerintahan otoriter.

Gelombang kedua, atau yang disebut sebagai "gelombang demokratisasi kedua", terjadi setelah perang dunia II dan ditandai dengan adanya perubahan sistem pemerintahan di sejumlah negara Eropa seperti Jerman, Italia, dan Spanyol. Namun, gelombang ini juga tidak berlangsung lama karena diikuti oleh periode perang dingin yang memicu adanya penguatan pemerintahan otoriter di banyak negara di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan.

Gelombang ketiga, yang saat ini sedang berlangsung, dimulai pada akhir tahun 1970-an dengan gejolak politik yang terjadi di sejumlah negara di Amerika Latin seperti Brasil, Argentina, dan Chili. Kemudian, proses transisi demokrasi juga terjadi di negara-negara Asia seperti Filipina, Korea Selatan, dan Taiwan.

Gelombang ini semakin meluas dengan runtuhnya rezim komunis di Eropa Timur dan Uni Soviet pada awal tahun 1990-an. Secara keseluruhan, sekitar 60 negara telah mengalami transisi menuju demokrasi pada gelombang ini.

Huntington berpendapat bahwa gelombang demokratisasi ketiga ini berbeda dengan gelombang sebelumnya karena melibatkan negara-negara yang memiliki struktur sosial dan budaya yang beragam. Selain itu, ia juga menekankan bahwa transisi demokrasi tidak selalu berjalan mulus dan dapat mengalami setback (kemunduran) yang dapat mengakibatkan kembali ke pemerintahan otoriter.

Meskipun teori gelombang demokrasi dunia telah mendapatkan banyak kritik, namun pemikiran Huntington tetap memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami proses demokratisasi di dunia. Dalam konteks ini, teori ini mengakomodasi berbagai faktor yang mempengaruhi proses transisi demokrasi seperti struktur sosial, budaya, dan geopolitik.

Teori gelombang demokrasi dunia menunjukkan bahwa proses transisi dari pemerintahan nondemokrasi menuju demokrasi merupakan fenomena yang kompleks dan tidak dapat diprediksi secara pasti.

Selain itu, teori ini juga menekankan bahwa demokrasi bukanlah tujuan akhir yang dapat dicapai secara instan, melainkan suatu proses yang terus berkembang dan dapat mengalami tantangan yang berbeda di berbagai negara. Oleh karena itu, pemikiran Samuel Huntington masih relevan untuk dijadikan sebagai bahan kajian dalam mengkaji fenomena demokratisasi di dunia saat ini.

Editor: Iswahyudi


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah