Rusia Berpotensi Ikut Dalam Perang Antara Israel dan Hizbullah

- 30 Juni 2024, 01:57 WIB
Pasukan Rusia berhasil menghancurkan dua depot peralatan militer Ukraina dalam serangan terbaru.
Pasukan Rusia berhasil menghancurkan dua depot peralatan militer Ukraina dalam serangan terbaru. /Foto/TASS

RUBLIK DEPOK - Ketegangan di Timur Tengah kembali memanas setelah Israel dan Hizbullah, organisasi politik dan militer Syiah Lebanon, terlibat dalam pertukaran tembakan di wilayah perbatasan. Insiden ini memicu kekhawatiran akan terjadinya perang baru antara kedua pihak, yang berpotensi menyeret Rusia ke dalamnya.

Insiden ini bermula ketika Israel melakukan serangan udara terhadap posisi-posisi Hizbullah di Lebanon pada Rabu (26/6) lalu. Serangan itu diduga sebagai balasan atas serangan roket yang dilakukan Hizbullah terhadap wilayah-wilayah di Israel beberapa hari sebelumnya. Hizbullah kemudian membalas dengan menembakkan sejumlah roket ke wilayah utara Israel, yang berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara milik Israel.

Ketegangan semakin meningkat ketika Hizbullah mengklaim telah menembak jatuh sebuah drone milik Israel di wilayah selatan Lebanon. Israel mengakui bahwa salah satu dronenya telah jatuh, namun menolak untuk memberikan keterangan lebih lanjut. Sementara itu, Hizbullah juga mengancam akan melancarkan serangan balasan yang lebih besar jika Israel terus melakukan serangan terhadap posisi-posisi mereka di Lebanon.

Situasi ini sangat mengkhawatirkan, mengingat konflik antara Israel dan Hizbullah di Lebanon memiliki potensi untuk berkembang menjadi perang besar yang dapat menyeret banyak pihak, termasuk Rusia, ke dalamnya.

Rusia, yang merupakan salah satu sekutu utama Suriah, telah lama terlibat dalam konflik di Timur Tengah. Moskow telah memberikan dukungan politik, militer, dan ekonomi kepada Suriah dalam konflik melawan pemberontak dan kelompok-kelompok jihadis, termasuk Hizbullah. Selain itu, Rusia juga telah menjalin hubungan yang erat dengan Iran, sekutu utama Hizbullah.

Jika perang antara Israel dan Hizbullah pecah, Rusia bisa saja terlibat secara tidak langsung. Moskow mungkin akan merasa perlu untuk membantu sekutu-sekutunya di Suriah dan Iran, yang bisa saja terlibat dalam konflik tersebut. Selain itu, Rusia juga bisa saja terlibat dalam upaya mediasi untuk menghentikan perang, mengingat pengaruhnya yang cukup besar di kawasan tersebut.

Keterlibatan Rusia dalam konflik antara Israel dan Hizbullah juga bisa semakin memperkeruh situasi di Timur Tengah. Moskow bisa saja terjebak dalam perang proksi dengan Amerika Serikat, yang merupakan sekutu utama Israel. Hal ini tentunya akan menambah kerumitan dalam upaya mencapai perdamaian di kawasan tersebut.

Selain itu, keterlibatan Rusia juga bisa memicu reaksi dari negara-negara Arab lainnya yang selama ini telah menjalin hubungan baik dengan Moskow. Beberapa negara Arab, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, misalnya, bisa saja memutuskan untuk menarik diri dari kerja sama dengan Rusia jika Moskow terlibat terlalu jauh dalam konflik antara Israel dan Hizbullah.

Situasi yang semakin rumit ini tentu saja sangat mengkhawatirkan bagi stabilitas kawasan Timur Tengah secara keseluruhan. Konflik antara Israel dan Hizbullah bukan hanya akan berdampak pada kedua pihak yang terlibat, tetapi juga pada seluruh kawasan, termasuk Rusia.

Halaman:

Editor: Iswahyudi


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah