Membangunkan Sahur Keliling: Dalam Tradisi Budaya Ramadhan dan Privasi Individu

- 26 Maret 2024, 19:10 WIB
Sejumlah warga mengikuti iring-iringan koko'o (ketuk) sahur dengan membunyikan kentongan bambu dan alat musik lainnya
Sejumlah warga mengikuti iring-iringan koko'o (ketuk) sahur dengan membunyikan kentongan bambu dan alat musik lainnya /

RUBLIK DEPOK - Tradisi membangunkan sahur selama bulan Ramadan seringkali menjadi topik perdebatan di masyarakat.

Beberapa orang merasa terganggu dengan suara keras dan riuh yang sering terjadi saat sahur, sementara yang lain menganggapnya sebagai bagian penting dari budaya Ramadan yang tidak boleh hilang.

Dalam pandangan Muhammad Ikhsan, pria yang pernah menjabat sebagai ketua komplek mengatakan, membangunkan sahur seharusnya dilakukan dengan santun tanpa mengganggu orang lain. Menurutnya, toleransi adalah kunci penting dalam menjalankan ibadah Ramadan.

"Saya melarang mereka masuk komplek karena di komplek tidak semuanya muslim. Ada juga nonmuslim. Ada cara lain membangunkan orang sahur, misal diketok saja rumahnya satu-satu. Untungnya semua warga di komplek setuju. Di situlah sikap toleransi beragama, kita beribadah tapi juga tidak berarti mengganggu orang lain."

Budaya membangunkan sahur sebenarnya bukan cuma ada di Indonesia. Pengamat Sosial Devie Rachmawati mengungkapkan bahwa budaya ini berasal dari Timur Tengah.

Dalam laman Kementerian Agama di Kuwait dan Mesir, tradisi membangunkan sahur di bulan puasa dikatakan mulai semarak di era Dinasti Abbasiyah. Selain seruan muazin, ada juga tradisi menggunakan dentum meriam seperti yang terjadi pada masa Kekhalifahan Mamluk pada 865 Hijriah. 

Devie Rachmawati mengatakan bahwa tradisi membangunkan sahur adalah bentuk gerakan kolektif untuk saling mengingatkan dan memiliki nilai sosial yang tinggi. Namun, tidak semua orang merasa sama tentang tradisi ini.

 

Ada yang merasa tidak terganggu dengan suara sahur yang keras, bahkan menganggapnya sebagai bagian dari memori khas Ramadan. Sementara itu, ada pula yang merasa terganggu dengan adanya anak-anak muda yang berteriak-teriak dan mengganggu ketenangan.

Halaman:

Editor: Iswahyudi


Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah